Kisah Perkembangan Xiaomi Kalahkan iPhone di China

Kisah Perkembangan Xiaomi Kalahkan iPhone di China


Selama beberapa tahun ini, kita melihat Apple sangat berfokus pada China seperti dengan membuka toko baru dan mengintegrasikan media sosial China dengan iOS 6. Perilisan iPhone 5S dan 5C juga bisa dibilang salah satu usaha Apple untuk menguasai pasar China bersamaan dengan hilangnya kendali Apple atas pasar di negara kerajaan tersebut. 


Meskipun penjualannya meningkat, pangsa pasar tablet Apple turun lebih dari 20 persen dalam setahun ini, dan pangsa pasar smartphone mereka juga saat ini hanya di bawah lima persen. 

Dalam tiga bulan terakhir, untuk pertama kalinya, Xiaomi yang merupakan startup dari China memegang kendali yang lebih besar terhadap pasar smartphone daripada Apple.

Sejak pertama kali berdiri, Xiaomi dan Apple sudah saling terhubung. Awalnya hubungan itu hanya sebatas founder Xiaomi, Lei Jun, yang tampaknya punya obsesi terhadap Steve Jobs. Pembeli setia Apple menganggap itu lucu. Beberapa bulan yang lalu, New York Times bahkan mengatakan bahwa Xiaomi, yang saat ini sudah tumbuh menjadi sebuah 'kerajaan', sukses karena 'meniru Apple.'

Saya tidak begitu setuju dengan tuduhan itu. Tapi itu sudah bukan masalah lagi. Saat ini sudah terlihat jelas siapa yang meniru siapa di China: Xiaomi memimpin jalan, dan Apple berusaha mengejar.

Keunggulan awal Apple di China dan di banyak negara lainnya disebabkan oleh fakta bahwa hanya mereka yang menawarkan produk terbaik. Ketika iPhone muncul, tidak ada produk yang menyaingi levelnya. Harganya yang sangat mahal juga bukan masalah orang-orang punya uang, mereka ingin produk terbaik, dan produk serta desain Apple lebih baik dari apa yang ada saat itu.

Xiaomi muncul beberapa tahun kemudian, dan meskipun mungkin Xiaomi meniru beberapa aspek estetika dari Apple (jika memang persegi panjang berwarna hitam adalah konsep desain yang diciptakan Apple), strategi pemasaran Xiaomi selalu berbeda. Di China, handphone Apple adalah produk mewah seharga Rp 9 juta, sedangkan harga produk Xiaomi kurang dari Rp 4 juta. Selain itu, CEO Xiaomi juga selalu mengatakan ke semua orang bahwa ia tidak mencoba mendapatkan uang dari penjualan produknya. Dari situ, bisa dibilang Xiaomi adalah kebalikan dari Apple. Steve Jobs mungkin sudah melakukan banyak hal. Tapi ia dan perusahannya dikenal suka menguras dompet pembelinya.

Masalah besar yang dimiliki Apple di China adalah, produk Xiaomi punya kualitas yang baik. Sangat baik. Handphone dari Xiaomi memang tidak begitu ringan seperti iPhone yang mahal. Tapi mereka menawarkan user experience yang mulus, desain antarmuka yang sederhana dan mudah dipahami, pilihan aplikasi yang sangat banyak (berkat penyesuaiannya dengan Android), dan bahkan beberapa faktor keren yang dimiliki Apple dulu. Saya adalah pengguna iPhone 3G yang berpindah ke Xiaomi setelah perilisan Mi1, dan jujur saja, saya tidak melihat banyak perbedaan di antara Mi1 dengan iPhone 4S milik teman saya (selain harga tentunya). Saya membeli dua handphone Xiaomi masing-masing untuk saya dan istri saya dengan harga yang jauh lebih murah dari harga satu iPhone di China.

Selama dua tahun ini, penjualan Apple kalah dari Xiaomi dan perusahaan-perusahaan sejenisnya (meskipun saat ini Xiaomi mengendalikan pasar, handphone Android yang murah dan berkualitas sudah banyak beredar di China). Jadi ketika ada yang menanyakan mengapa Apple mengeluarkan smartphone yang lebih murah, saya memperlihatkan Xiaomi dan China sebagai jawabannya. Bagaimanapun, Apple masih menguasai hampir setengah dari pasar smartphone di Amerika, tapi kurang dari lima persen dan terus menyusut di China

Apa yang harus dilakukan? Jawaban Apple adalah mengikuti Xiaomi: membuat produk yang lebih murah dengan iPhone plastik untuk meraih pasar yang lebih luas. Solusi ini cukup menarik, walaupun terlambat karena baru dilakukan dua tahun setelah revolusi smartphone murah di China dimulai. Tapi solusi ini tidak akan bertahan lama, karena: 

Harga. Sebagai perusahaan asing, Apple tidak bisa bersaing dengan Xiaomi dalam hal harga dan tetap mendapat keuntungan. Malah, mungkin sama sekali mustahil bagi Apple untuk bersaing dalam hal harga. China memungut biaya bea cukai untuk tiap produk teknologi asing yang masuk, yang juga merupakan salah satu alasan kenapa iPhone 5 16GB yang hanya Rp 7,4 juta di Amerika dijual seharga hampir Rp 10 juta di China. Jadi, agar bisa bersaing dengan Xiaomi dalam harga, Apple harus membuat produknya dengan biaya yang jauh lebih murah dari Xiaomi, karena harga Xiaomi tidak dipengaruhi oleh biaya cukai. Saya tahu Apple hebat dalam menemukan buruh yang murah mungkin bahkan terlalu hebat tapi saya rasa mereka belum cukup hebat untuk mengalahkan Xiaomi. Saya juga ragu pemegang saham Apple tertarik menjual handphone yang tidak menghasilkan banyak keuntungan setelah lonjakan pangsa pasarnya mulai menurun.
Branding. Karena harganya yang mahal, iPhone dianggap sebagai barang mewah di China. Menawarkan produk yang murah mungkin akan sangat populer dalam waktu singkat karena akan banyak orang yang tidak bisa membeli iPhone yang mahal segera membeli iPhone yang lebih murah untuk mendapatkan kemewahan yang menjadi ciri khasnya. Masalahnya, dengan dengan ikut menjadi pilihan yang murah di pasaran, ciri khas tersebut akan hilang. Setelah menawarkan iPhone yang murah selama satu atau dua tahun, Apple tidak akan menjadi merek mewah lagi dan hanya menjadi salah satu merek smartphone di pasaran. Jika iPhone hanya menjadi merek smartphone biasa sementara perusahaan lain menawarkan produk yang mirip tapi lebih murah, untuk apa membayar harga premium hanya untuk merek tersebut? 

Sistem. Persaingan iOS dan Android mungkin masih berlangsung di beberapa negara. Tapi, di China, persaingan itu sudah berakhir, dan Android menang. Pengguna di China lebih menyukai sistem yang terbuka dengan banyak toko aplikasi yang bisa dipilih dan tak ada yang mengatur apa yang boleh dan tidak boleh dilihat. Pengguna di China lebih suka Android yang bisa dimodifikasi sesuai keinginan. Selain itu, desain iOS masih mementingkan pasar Amerika, sedangkan pengguna di China menggunakan handphone mereka dengan cara yang sedikit berbeda daripada pengguna di Amerika. Android ROM yang dikembangkan di China (seperti MIUI dari Xiaomi dan Flyme dari Meizu) memberikan fitur dan sentuhan khusus China kepada penggunanya, sehingga membuat penggunaannya jauh lebih mudah. iOS di China tentu bisa ikut mengembangkan hal yang sama. Tapi, itu tak akan semudah dan seterbuka Android karena Apple tidak bekerja seperti itu.

Satu-satunya harapan Apple saat ini tentu saja iOS. Kita akan segera mendapatkan versi baru iOS yang menurut laporan jauh berbeda daripada iOS sebelumnya. Jika Apple benar-benar menawarkan sesuatu yang baru dan tidak dimiliki siapapun di China pada iOS 7, semuanya mungkin akan berbeda. Tapi saya pesimis iOS terbaru ini akan mengubah nasib Apple di China atau memberikan perubahan yang diinginkan pengguna di China.

Itulah yang menurut saya akan terjadi: China akan heboh dengan dirilisnya iPhone murah. Penjualan akan melonjak, Cook akan dipuji sebagai seorang jenius, dan semuanya akan berjalan dengan baik untuk sementara waktu di Cupertino. Apple mungkin akan kembali menjadi salah satu dari lima smartphone terbaik di China selama beberapa waktu, dan semua ini akan menjadi lebih baik lagi jika Apple akhirnya bekerja sama dengan China Mobile, yang kemungkinan akan (dan memang seharusnya) terjadi.

Tapi setelah beberapa lama dan iPhone murah berhasil mengikis branding Apple sebagai simbol kemewahan, yang akan tersisa hanyalah produk itu sendiri, yang mungkin masih lebih mahal dari produk lokal dengan kualitas sama. Di pasar yang seperti ini, bisakah Apple mengalahkan Xiaomi? Saya mungkin salah. Tapi saya sangat meragukannya.

0 comments :

Post a Comment