5 Alasan Kemunduran BlackBerry

5 Alasan Kemunduran BlackBerry


Beberapa tahun belakangan ini, dunia pun menyaksikan tersandungnya BlackBerry dari urutan puncak pasar handphone pintar. Penjualan perangkatnya mulai runtuh, dari puluhan juta unit menjadi hanya jutaan saja.

Banyak pengguna BlackBerry mulai beralih ke merek lain. Popularitas dari perangkat yang diluncurkan oleh BlackBerry terus menurun, kalah dari platform mobile yang lebih baru seperti Android dan iOS.
Keduanya menawarkan sistem operasi yang lebih interaktif, lebih berwarna, sambil menawarkan keamanan yang sama baiknya.

5 Alasan Kemunduran BlackBerry

Ada 5 kesalahan BlackBerry yang menyebabkannya kehilangan banyak pangsa pasarnya:

1. Terlambat menggunakan teknologi layar sentuh
Mantan CEO BlackBerry, Mike Lazaridis, pernah mengejek teknologi dari iPhone. Dia pernah mengatakan baterai iPhone sangat minim kekuatan dan menolak adanya gagasan bahwa tidak akan mau mengetik pada layar kaca. Pada saat itu BlackBerry baru meluncurkan keyboard QWERTY.

Namun, tren ponsel pintar terus berubah. Pengguna lebih menginginkan ponsel yang memiliki layar lebar, layar sentuh, pemutar musik dan video -- semuanya sudah dimiliki oleh produk-produk besutan Apple.

BlackBerry tidak cepat beradaptasi dan tidak cepat melakukan perubahan. Akhirnya mereka mulai ditinggalkan penggunanya secara perlahan-lahan.

2. Terlalu fokus pada pembuatan produk PlayBook
Tablet BlackBerry PlayBook merupakan salah satu kegagalan terbesar dalam industri teknologi gadget. Produk itu mulai diperkenalkan kepada masyarakat pada tahun 2010 dan mulai dipasarkan pada tahun 2011.

BlackBerry melakukan kesalahan besar, semua sumber dayanya difokuskan untuk pembuatan PlayBook. Tim pengembang ponsel pintar juga ikut bekerja membuat PlayBook. Akhirnya segmen ponsel pintar mulai tidak diperhatikan.

Jika BlackBerry melewatkan pembuatan PlayBook dan langsung memproduksi BlackBerry 10 pada waktu lalu, mungkin hasilkan akan berbeda. Blackberry masih tetap berada di posisi teratas produsen ponsel pintar.

3. Kesalahan besar ada di tangan CEO BlackBerry, Mike Lazaridis dan Jim Balsillie
Dua mantan CEO BlackBerry Mike Lazaridis dan Jim Balsillie, sebenarnya memiliki tanggung jawab yang besar dibandingkan dengan CEO saat ini, Thorsten Heins.

Lazaridis dan Balsillie sangat keras kepala dan tidak mau berubah terhadap tren yang ada di pasar ponsel pintar. Keduanya mengabaikan ancaman dari pesaing-pesaingnyam Apple dan Google, malah menghambur-hamburkan uang untuk pembuatan PlayBook.

Lazaridis dan Balsille pun mundur dari jabatan CEO BlackBerry pada Desember 2011, dan menyerahkan kepada Heins, yang resmi menjadi CEO pada Januari 2012. Heins masih terus berusaha membuat perubahan, tapi BlackBerry sudah sangat jauh tertinggal dari para pesaingnya.

4. Tertundanya peluncuran BlackBerry 10 hingga tahun 2013
Sistem operasi terbaru BlackBerry 10 baru dikeluarkan pada Januari 2013. Namun, pada saat yang sama pesaing mereka, Apple sudah mengeluarkan iOS generasi keenam. Sedangkan Google telah meluncurkan Android generasi keempat.

Untuk membuat suatu sistem operasi bukan hal yang mudah. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk bisa memproduksi sistem operasi yang berkualitas baik. Seandainya Lazaridis dan Balsillie sudah bisa terhadap produk iPhone pada tahun 2007 dan Android pada tahun 2008, mungkin BlackBerry akan memiliki cerita berbeda.

Selain Blackberry terjebak pada perkembangan produk PlayBook, perusahaan juga lebih memilih meng-update hardware dari pada sistem operasinya. Itu terjadi akibat dari kepemimpinan yang buruk, dan benar-benar sangat memalukan bagi perusahaan.

5. Enterprise
Pasaran enterprise yang dulu pernah "memuja-muja" BlackBerry, beralih ke platform lain, seperti iPhone untuk urusan perusahaan. Perangkat lain, seperti iPhone, mampu menawarkan performa bisnis yang baik, sekaligus menawarkan fitur entertainment, satu fitur yang tidak dimiliki platform BlackBerry. Mulai banyak orang yang beranggapan bahwa BlackBerry membosankan.

Saat iPhone dirilis, diikuti dengan Android, BlackBerry berusaha keras untuk mengikuti, dan sayangnya tidak bisa cepat menyesuaikan diri dengan perubahan keinginan konsumen.

0 comments :

Post a Comment